Sunday, March 25, 2012

Degradasi Moral Remaja

Degradasi dapat diartikan sebagai penurunan suatu kualitas. Degradasi moral remaja dapat diartikan bahwa moral remaja pada saat ini terus menerus mengalami penurunan kualitas atau degradasi dan tampak semakin tidak terkendali. Penurunan kualitas moral terjadi dalam segala aspek mulai dari tutur kata, cara berpakaian hingga perilaku. Degradasi moral remaja merupakan salah satu masalah  sosial yang perlu mendapat perhatian baik dari orang tua secara khusus serta masyarakat atau pemerintah pada umumnya.
Faktor Modernisasi dan globalisasi sangat berpengaruh pada degradasi moral remaja pada saat ini. Globalisasi menuntut kesiapan mental dari masyarakat. Ketidak siapan mental menimbulkan kelengahan akan bahaya globalisasi yang timbul . Bahaya tersebut secara tidak sadar bukan dihindari tetapi diikuti oleh para remaja dimasyarakat kita. Kurangnya perhatian pemerintah akan bahaya bahaya yang mengintai para remajapun ikut berperan, sehingga yang ada saat ini adalah sebagian dari remaja Indonesia mengalami degradasi moral yang akan berdampak pada kelanjutan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan tulang punggung negara yang seperti ini, maka bagaimana Negara kita di masa yang akan datang.

Perilaku perilaku tidak terpuji yang terjadi pada anak anak dan remaja saat ini seperti:
  1.      Anak semakin lupa terhadap apa yang menjadi kewajibannya sebagai penerus bangsa yaitu; kewajiban seorang murid untuk belajar, anak patuh kepada guru terlebih lagi kepada kedua orang tua, lebih senang mendengarkan music daripada mendengarkan nasihat orang tua, lebih senang menonton sinetron dibandingkan membaca buku pengetahuan
  2.       Lebih mendahulukan bersenang-senang tanpa mempertimbang apa yang akan terjadi setelah apa yang mereka lakukan, hanya karena mengikuti tren atau karena takut dikatakan ketinggalan jaman. Contoh perilaku seperti ini adalah kita lihat sekarang ini anak SD sudah mempunyai HP, dan kalau kita lihat lagu didalam hp tersebut bukannya lagu anak-anak tetapi malah lagu cinta, sehingga anak otak si anak menerima hal hal yang seharusnya belum pantas dia terima.

Degradasi moral remaja secara nasional dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti :
  1.       Perilaku yang salah yang dilakukan oleh remaja di Bandar Lampung dan Samarinda: “sebanyak 28,8 persen remaja di Bandar lampung melakukan seks bebas. Perilaku ini membuat mereka berpotensi terserang human immunodeficiency virus (HIV). Demikian dikemukakan Dwi Hafsah Handayani, S.Psi. dalam semiloka Kesehatan Reproduksi Remaja di Hotel Marcopolo. 
  2.       Pemberitaan yang dapat menggambarkan turunnya moralitas sebagian remaja Kota Samarinda :” Pacaran seminggu, siswi SMP digagahi pelajar SMK.; Sejoli digrebek berduan dalam kamar kos. 
     
  1.      Turunnya moralitas di perguruan tinggi :    
Dapat kita lihat hampir 75 %  mahasiswa baik diperguruan tinggi negeri maupun swasta, menggunakan busana yang tidak patut untuk dipakai dalam menuntut ilmu. Para pengajar juga seakan-akan melihatnya sebagai hal yang suatu hal yang baik, pada hal secara yuridis sangat bertentangan dengan aturan akademik. 

Dari gambaran diatas serta tak habis habisnya pemberitaan di media masa tentang turunnya moral para remaja seakan tidak mampu mengusik telinga pemerintah kita yang sibuk mengurus masalah politik dan korupsi yang tidak pernah habis. Mereka tidak menyadari bahwa dengan banyaknya kasus korupsi, sebenarnya merekapun sudah terkena degradasi moral.

Dari permasalahan permasalahan yang timbul seperti contoh diatas, akan muncul pertanyaan apa yang harus dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berlarut larut?
Sebenarnya moral itu berkembang mulai dari bayi hingga akhir hayat, namun moral akan menjadi baik apabila pada saat moral berkembang diiringi dengan menanamkan kebiasaan kebiasaan yang akan membentuk karakter anak. Dalam pembentukan karakter tersebut perlu ditanamkan moral yang meluhurkan peradaban, kemanusiaan serta prinsip prinsip moral dan ilmu pengetahuan. Dari sini dapat kita pahami bahwa pembentukan moral seorang anak dimulai dari lingkungan/masyarakat yang paling kecil yaitu rumah. Apa yang bisa didapat anak dari pendidikan dirumah?  ----- Pembiasaaan pembiasaan yang ditanamkan anak semenjak usia dini akan membentuk karakter anak seiring usia perkembangannya. Pembiasaan ini dapat berupa pendidikan agama, budaya, sopan santun, tanggung jawab dll. Kebiasaan ini akan melekat dan menjadi fondasi bagi kepribadian anak hingga dia dewasa. Dengan fondasi yang kuat, akan membentuk kepribadian yang kuat. Dengan mental dan pribadi yang kuat maka dia dapat mengatasi permasalahan yang dihadapinya.
Beberapa hal yang menyebabkan turunnya moral remaja antara lain:
A.   Dari lingkungan keluarga:
  1.       orang tua yang sibuk bekerja, orang tua yang sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu bersama keluarga, semua keperluan anak diurus oleh pembantu, kebutuhan anak hanya dipenuhi oleh materi sehingga tidak ada bimbingan orang tua dan kehangatan keluarga yang diperlukan bagi pertumbuhan anak.
  2.       orang tua sibuk menonton sinetron dari pagi hingga malam, sehingga anak yang pada awalnya mereka tidak mengetahui masalah percintaan, tetapi karena banyak orang tua yang menonton sinetron didepan anak mereka, akhirnya anak mereka pun jadi menyukai sinetron, sehingga yang ada di otak si anak hanya masalah cinta.
   3.            Perceraian orang tua, akibat perceraian orang tua akhirnya anak mencari jalan        sendiri untuk memenuhi kebutuhannya dan menyenangkan dirinya tanpa peduli jalan yang diambil apakah benar atau salah.
Dari orang tua yang tidak peduli dengan kehidupan anaknya dan sibuk dengan kesenangannya sendiri merupakan orang tua yang egois serta tidak bertanggung jawab terhadap kelangsungan generasi penerus bangsa. Karena dari situlah tumbuh degredasi moral remaja. Hal yang paling ditakuti,dimana moral bangsa terabaikan. Sehingga saat anak tumbuh menjadi remaja, dan apabila mereka berada dilingkungan yang salah, maka dengan tidak disadari akan mengambil jalan yang salah pula. Hal seperti ini selain akan merugikan diri sendiri, orang tua juga lingkungan masyarakat tempat tinggal.
Keberadaan mereka dalam lingkungan yang salah bisa disebabkan karena anak tidak memiliki teman untuk berbagi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga mereka mengambil jalan pintas untuki penyelesaian masalah dengan cepat meskipun hanya sesaat dengan jalan mengkonsumsi narkoba dan sejenisnya yang membuat mereka dapat melupakan permasalahan sesaat.
Berikut kutipan dari  James W.van der Zanden mengenai penyimpangan sosial:
“Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas toleransi.penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang kurang sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun.Hal ini di sebabkan karena orang tua sebagai tempat bersosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.”

B.   Dari lingkungan di luar rumah       
                 1.   Pengaruh budaya asing
Memang masuk nya budaya asing ke negara kita memberi dampak positif pada kemajuan teknologi. Tetapi, kalau budaya asing tersebut masuk tanpa tersaring sama sekali akan memberi dampak negatif. Salah satunya dalam hal pergaulan. Karena, kalau kita lihat di kota-kota besar budaya clubbing, minum-minuman keras, dan narkoba menjadi budaya baru. Bukan hanya remaja di kota besar saja yang mengalami tingkat degradasi, remaja di desa pun mengalami degredasi sekalipun adat istiadatnya kuat. Pada saat ini banyak  club malam merupakan tempat beredar nya narkoba. Karena menurut sebuah website banyak anak remaja sekarang yang pergi ke club malam untuk mengkomsumsi narkoba. Dulu anak SMA merayakan kelulusan nya dengan cara pawai sepeda motor walau pun masih sering di lakukan sampai sekarang tetapi beberapa waktu di koran di beritakan bahwa anak SMA merayakan kelulusan dengan melakukan sex party ditambah nyabu bareng.
  1.        Media masa atau media informasi
    Kemajuan IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir seperti televisi,handpone, internet dan lain-lain.Banyaknya informasi yang bisa di peroleh dari media tersebut menyebabkan banyak para remaja menyalahgunakan media tersebut .Banyaknya tayangan-tayangan yang tidak seharusnya di tampilkan oleh media masa seperti adegan-adegan kekerasan dan romantis yang sering di tayangkan oleh media masa membuat para remaja meniru adegan-adegan tersebut.Tayangan media masa yang sering mereka lihat dijadikan kebudayaan baru yang dianggap sesuai dengan kemajuan zaman.Rasa tidak ingin ketinggalan zaman dari orang lain membuat para remaja melakukan kebiasaan baru yang sudah menjadi kebudayaan atau sering mereka jumpai seperti tayangan televisi dan lingkungan sosialisasi.
  2.       Tempat karaoke yang banyak diminati remaja yang juga akhirnya sebagai tempat pesta nyabu bagi para remaja

C.   Penyebab adanya penyimpangan sosial
  1.       Longgarnya pegangan terhadap agama .
          Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya. Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar, jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya, maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran moral, dengan sendirinya orang yang kurang iman tadi akan mudah pula meniru melakukan pelanggaran pelanggaran yang sama.
          Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.                                                       
  1.       Kurang efektifnya pembinaan moral yang dilakukan oleh rumah tangga, sekolah maupun masyarakat.
          Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengertyi man auang benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk, melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan kepada pengertian dan tidak sebaliknya.
          Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin terhalang.
          Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral. Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif bagi pembinaan moral.
                                       

  1.       Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan sekularistis.
          Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti kondom dan benda-banda tajam. Semua alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan, lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya. Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda umumnya.
                                    

  1.       Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari pemerintah.
          Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi, sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah kehiangan daya efektifitasnya.
          Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh dan berkesinambungan.
                                          
.
  1.      Rendahnya tingkat pendidikan
Crow dan crow menegaskan; learning is a modification of accompanying growth processes that are brougt about trought adjusment to sensions initieted though sensory stimulation  artinya:“belajar adalah perubah tingkah laku yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu di sebabkan melalui penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat rangsangan panca indra”.Kurangnya pendidikan dalam pergaulan dapat membuat seseorang keliru  mengambil jalan hidupnya,sehingga mereka mudah terpengaruh dengan hal-hal baru seiring proses sosialisasi yang mereka alami.Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses sosialisasi,karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang.

  1.     Kurangnya keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat
          Ada berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat,tingginya tingkat kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial,seperti meningkatnya jumlah kriminalitas,kurangnya pendidikan,dan banyaknya jumlah penduduk yang kelaparan serta kurang gizi.Hal tersebut menarik sebagian besar perhatian pemerintah sehingga masalah mengenai degradasi moral remaja di kesampingkan.Kurangnya perhatian lembaga sosial terhadap moral remaja mengakibatkan tingkat degradasi moral yang tinggi.Penerapan –penerapan norma dan sanksi yang kurang mengikat dari lembaga sosial mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-aturan tersebut.

Faktor diatas hanyalah sebagian dari faktor-faktor yang menjadi penyebab, tetapi Faktor utama yang mengakibatkan degradasi moral remaja ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang Kita terus menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang (lagi) aspek kesantunan budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral semakin jatuh dan rusak.

Berikut ini merupakan aspek yang dapat menanggulangi degradasi moral remaja.
1.    Aspek pendidikan formal/lingkungan sekolah. Pendidikan yang lebih menekankan kepada bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi faktor penting, karena melatih  mental dan moral remaja menuju terbentuknya pribadi yang memiliki daya ketahanan pribadi dan sosial dalam yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri berikut lingkungan sosialnya.


2.    Aspek lingkungan keluarga, jelas memberi andil yang signifikan terhadap berkembangnya pola perilaku menyimpang para remaja, karena proses penanaman nilai-nilai bermula dari dinamika kehidupan dalam keluarga itu sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja dapat menemukan identitas diri dan aktualisasi pribadinya secara utuh. Remaja akan menentukan perilaku sosialnya seiring dengan maraknya perilaku remaja seusianya yang notabene mendapat penerimaan secara utuh oleh kalangannya. Oleh karenanya, peranan orang tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam mendidik, membimbing, dan mengawasi serta memberikan perhatian lebih sedini mungkin terhadap perkembangan perilaku remajanya.
                                                         

3.    Aspek lingkungan pergaulan seringkali menuntut dan memaksa remaja harus dapat menerima pola perilaku yang dikembangkan remaja. Hal ini sebagai kompensasi pengakuan keberadaan remaja dalam kelompok. Maka, perlu diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai positif bagi aktifitas remaja dapat terwujud.

4.   Aspek penegakan hukum/sanksi. Ketegasan penerapan sanksi mungkin dapat menjadi shock teraphy (terapi kejut) bagi remaja yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya.


5.   Terakhir, aspek sosial kemasyarakat. Terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi di antara warga masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga muncul sikap saling memahami, memperhatikan sekaligus mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di lingkungannya. Hal ini tentu sangat mendukung terjalinnya hubungan dan aktifitas remaja yang terkontrol.



Degradasi moral memang seharusnya mendapat perhatian lebih. Luangkan waktu sejenak wahai para orang tua serta petinggi Negara, Lihat anak bangsa ini!!  Moral mereka ter-degradasi. Marilah kita perbaiki bersama.