Faktor Modernisasi dan globalisasi sangat
berpengaruh pada degradasi moral remaja pada saat ini. Globalisasi menuntut
kesiapan mental dari masyarakat. Ketidak siapan mental menimbulkan kelengahan
akan bahaya globalisasi yang timbul . Bahaya tersebut secara tidak sadar bukan
dihindari tetapi diikuti oleh para remaja dimasyarakat kita. Kurangnya
perhatian pemerintah akan bahaya bahaya yang mengintai para remajapun ikut
berperan, sehingga yang ada saat ini adalah sebagian dari remaja Indonesia
mengalami degradasi moral yang akan berdampak pada kelanjutan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Dengan tulang
punggung negara yang seperti ini,
maka bagaimana Negara kita di masa yang akan datang.
Perilaku perilaku tidak terpuji yang
terjadi pada anak anak dan remaja saat ini seperti:
- Anak
semakin lupa terhadap apa yang menjadi kewajibannya sebagai penerus bangsa
yaitu; kewajiban seorang murid untuk belajar, anak patuh kepada guru
terlebih lagi kepada kedua orang tua, lebih
senang mendengarkan music daripada mendengarkan nasihat orang tua, lebih
senang menonton sinetron dibandingkan membaca buku pengetahuan
- Lebih
mendahulukan bersenang-senang tanpa
mempertimbang apa yang
akan terjadi setelah apa yang mereka lakukan, hanya karena mengikuti tren atau karena takut dikatakan
ketinggalan jaman. Contoh perilaku seperti ini adalah kita
lihat sekarang ini anak SD sudah mempunyai
HP, dan kalau kita lihat
lagu didalam hp tersebut bukannya lagu anak-anak tetapi malah lagu cinta, sehingga anak otak si anak menerima hal hal
yang seharusnya belum pantas dia terima.
Degradasi moral remaja secara
nasional dapat dilihat dari pemberitaan media masa seperti :
- Perilaku
yang salah yang dilakukan oleh remaja di Bandar Lampung dan Samarinda: “sebanyak 28,8 persen
remaja di Bandar lampung melakukan
seks bebas. Perilaku ini membuat mereka berpotensi terserang human
immunodeficiency virus (HIV). Demikian dikemukakan Dwi Hafsah Handayani,
S.Psi. dalam semiloka Kesehatan Reproduksi Remaja di Hotel Marcopolo.
- Pemberitaan yang dapat
menggambarkan turunnya moralitas sebagian remaja Kota Samarinda :” Pacaran seminggu, siswi SMP
digagahi pelajar SMK.; Sejoli digrebek berduan dalam kamar kos.
- Turunnya moralitas di perguruan
tinggi :
Dapat kita lihat
hampir 75 % mahasiswa baik diperguruan tinggi negeri maupun
swasta, menggunakan busana yang tidak patut untuk dipakai dalam menuntut ilmu.
Para pengajar juga seakan-akan melihatnya sebagai hal yang
suatu hal yang baik, pada hal secara yuridis sangat bertentangan
dengan aturan akademik.
Dari gambaran diatas serta tak
habis habisnya pemberitaan di media masa tentang turunnya moral para remaja
seakan tidak mampu mengusik telinga pemerintah kita yang sibuk mengurus masalah
politik dan korupsi yang tidak pernah habis. Mereka tidak menyadari bahwa dengan
banyaknya kasus korupsi, sebenarnya merekapun sudah terkena degradasi moral.
Dari permasalahan permasalahan
yang timbul seperti contoh diatas, akan muncul pertanyaan apa yang harus
dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut agar tidak berlarut larut?
Sebenarnya moral itu berkembang
mulai dari bayi hingga akhir hayat, namun moral akan menjadi baik apabila pada
saat moral berkembang diiringi dengan menanamkan kebiasaan kebiasaan yang akan
membentuk karakter anak. Dalam pembentukan karakter tersebut perlu ditanamkan
moral yang meluhurkan peradaban, kemanusiaan serta prinsip prinsip moral dan
ilmu pengetahuan. Dari sini
dapat kita pahami bahwa pembentukan moral seorang anak dimulai dari
lingkungan/masyarakat yang paling kecil yaitu rumah. Apa yang bisa didapat anak
dari pendidikan dirumah? ----- Pembiasaaan pembiasaan yang ditanamkan anak
semenjak usia dini akan membentuk karakter anak seiring usia perkembangannya.
Pembiasaan ini dapat berupa pendidikan agama, budaya, sopan santun, tanggung
jawab dll. Kebiasaan ini akan melekat dan menjadi fondasi bagi kepribadian
anak hingga dia dewasa. Dengan fondasi yang kuat, akan membentuk kepribadian
yang kuat. Dengan mental dan pribadi yang kuat maka dia dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.
Beberapa hal yang menyebabkan
turunnya moral remaja antara lain:
A. Dari lingkungan keluarga:
- orang tua yang sibuk bekerja, orang tua yang
sibuk bekerja sehingga tidak memiliki waktu bersama keluarga, semua
keperluan anak diurus oleh pembantu, kebutuhan anak hanya dipenuhi oleh
materi sehingga tidak ada bimbingan orang tua dan kehangatan keluarga yang
diperlukan bagi pertumbuhan anak.
- orang tua sibuk menonton sinetron
dari pagi hingga malam, sehingga anak yang pada awalnya
mereka tidak mengetahui masalah
percintaan, tetapi
karena banyak orang tua
yang menonton sinetron didepan anak mereka, akhirnya
anak mereka pun jadi menyukai sinetron, sehingga yang ada di otak si anak
hanya masalah cinta.
3.
Perceraian
orang tua, akibat perceraian orang tua akhirnya anak mencari jalan sendiri
untuk memenuhi kebutuhannya dan menyenangkan dirinya tanpa peduli jalan yang
diambil apakah benar atau salah.
Dari orang tua yang
tidak peduli dengan kehidupan anaknya dan sibuk dengan kesenangannya sendiri
merupakan orang tua yang egois serta tidak bertanggung jawab terhadap
kelangsungan generasi penerus bangsa. Karena dari situlah tumbuh degredasi moral remaja. Hal yang paling ditakuti,dimana moral bangsa
terabaikan. Sehingga saat anak tumbuh menjadi remaja, dan apabila mereka berada dilingkungan yang salah, maka dengan tidak
disadari akan mengambil jalan yang salah pula. Hal seperti ini selain akan merugikan diri sendiri,
orang tua juga lingkungan masyarakat tempat tinggal.
Keberadaan mereka dalam
lingkungan yang salah bisa disebabkan karena anak tidak memiliki teman untuk
berbagi dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehingga mereka mengambil
jalan pintas untuki penyelesaian masalah dengan cepat meskipun hanya sesaat
dengan jalan mengkonsumsi narkoba dan sejenisnya yang membuat mereka dapat
melupakan permasalahan sesaat.
Berikut kutipan dari James W.van der Zanden mengenai
penyimpangan sosial:
“Penyimpangan sosial merupakan perilaku yang oleh
sejumlah besar orang dianggap sebagai suatu hal yang tercela dan di luar batas
toleransi.penyimpangan sosial umumnya disebabkan oleh proses sosialisasi yang
kurang sempurna. Retaknya sebuah rumah tangga
menjadikan seorang anak tidak mengenal disiplin dan sopan santun.Hal ini di
sebabkan karena orang tua sebagai tempat bersosialisasi tidak melakukan peran yang semestinya.”
B. Dari lingkungan di luar rumah
1. Pengaruh
budaya asing
Memang
masuk nya budaya asing ke negara kita memberi dampak positif pada kemajuan
teknologi. Tetapi, kalau budaya asing tersebut masuk tanpa tersaring sama
sekali akan memberi dampak negatif. Salah satunya dalam hal pergaulan. Karena, kalau kita lihat
di kota-kota besar budaya clubbing, minum-minuman keras, dan narkoba menjadi
budaya baru. Bukan hanya remaja di kota besar saja yang mengalami tingkat degradasi, remaja di desa pun mengalami
degredasi sekalipun adat istiadatnya kuat. Pada saat ini
banyak club
malam merupakan tempat beredar nya narkoba. Karena menurut sebuah website
banyak anak remaja sekarang yang pergi ke club malam untuk mengkomsumsi
narkoba. Dulu anak SMA merayakan kelulusan nya dengan cara pawai sepeda motor
walau pun masih sering di lakukan sampai sekarang tetapi beberapa waktu di
koran di beritakan bahwa anak SMA merayakan kelulusan dengan melakukan sex
party ditambah nyabu bareng.
- Media masa atau
media informasi
Kemajuan IPTEK melahirkan berbagai macam media yang mutakhir seperti
televisi,handpone, internet dan lain-lain.Banyaknya informasi yang bisa di
peroleh dari media tersebut menyebabkan banyak para remaja menyalahgunakan
media tersebut .Banyaknya tayangan-tayangan yang tidak seharusnya di
tampilkan oleh media masa seperti adegan-adegan kekerasan dan romantis
yang sering di tayangkan oleh media masa membuat para remaja meniru
adegan-adegan tersebut.Tayangan media masa yang sering mereka lihat
dijadikan kebudayaan baru yang dianggap sesuai dengan kemajuan zaman.Rasa
tidak ingin ketinggalan zaman dari orang lain membuat para remaja melakukan
kebiasaan baru yang sudah menjadi kebudayaan atau sering mereka jumpai
seperti tayangan televisi dan lingkungan sosialisasi.
- Tempat karaoke yang banyak diminati remaja yang
juga akhirnya sebagai tempat pesta nyabu bagi para remaja
C. Penyebab adanya penyimpangan
sosial
Longgarnya pegangan terhadap agama
.
Sudah menjadi tragedi dari dunia maju, dimana segala sesuatu hampir dapat
dicapai dengan ilmu pengetahuan, sehingga keyakinan beragama mulai
terdesak, kepercayaan kepada Tuhan tinggal simbol, larangan-larangan dan
suruhan-suruhan Tuhan tidak diindahkan lagi. Dengan longgarnya pegangan
seseorang peda ajaran agama, maka hilanglah kekuatan pengontrol yang ada
didalam dirinya. Dengan demikian satu-satunya alat pengawas dan pengatur
moral yang dimilikinya adalah masyarakat dengan hukum dan peraturanya.
Namun biasanya pengawasan masyarakat itu tidak sekuat pengawasan dari
dalam diri sendiri. Karena pengawasan masyarakat itu datang dari luar,
jika orang luar tidak tahu, atau tidak ada orang yang disangka akan mengetahuinya,
maka dengan senang hati orang itu akan berani melanggar
peraturan-peraturan dan hukum-hukum sosial itu. Dan apabila dalam
masyarakat itu banyak orang yang melakukan pelanggaran moral, dengan
sendirinya orang yang kurang iman tadi akan mudah pula meniru melakukan
pelanggaran pelanggaran yang sama.
Tetapi jika setiap orang teguh keyakinannya kepada Tuhan serta menjalankan
agama dengan sungguh-sungguh, tidak perlu lagi adanya pengawasan yang
ketat, karena setiap orang sudah dapat menjaga dirinya sendiri, tidak mau
melanggar hukum-hukum dan ketentuan-ketentuan Tuhan. Sebaliknya dengan
semakin jauhnya masyarakat dari agama, semakin sudah memelihara moral
orang dalam masyarakat itu, dan semakin kacaulah suasana, karena semakin
banyak pelanggaran-pelanggaran, hak, hukum dan nilai moral.
Kurang efektifnya pembinaan moral yang
dilakukan oleh rumah
tangga,
sekolah maupun masyarakat.
Pembinaan moral yang dilakukan oleh ketiga institusi ini tidak berjalan
menurut semsetinya atau yang sebiasanya. Pembinaan moral dirumah tangga
misalnya harus dilakukan dari sejak anak masih kecil, sesuai dengan
kemampuan dan umurnya. Karena setiap anak lahir, belum mengertyi man auang
benar dan mana yang salah, dan belum tahu batas-batas dan ketentuan moral
yang tidak berlaku dalam lingkungannya. Tanpa dibiasakan menanamkan sikap
yang dianggap baik untuk manumbuhkan moral, anak-anak akan dibesarkan
tanpa mengenal moral itu. Pembinaan moral pada anak dirumah tangga bukan
dengan cara menyuruh anak menghapalkan rumusan tentang baik dan buruk,
melainkan harus dibiasakan. Zakiah Darajat mangatakan, moral bukanlah
suatu pelajaran yang dapat dicapai dengan mempelajari saja, tanpa
membiasakan hidup bermoral dari sejak keci. Moral itu tumbuh dari tindakan
kepada pengertian dan tidak sebaliknya.
Seperti halnya rumah tangga, sekolahpun dapat mengambil peranan yang
penting dalam pembinaan moral anak didik. Hendaknya dapat diusahakan agar
sekolah menjadi lapangan baik bagi pertumuhan dan perkembangan mental dan
moral anak didik. Di samping tempat pemberian pengetahuan, pengembangan
bakat dan kecerdasan. Dengan kata lain, supaya sekolah merupakan lapangan
sosial bagi anak-anak, dimana pertumbuhan mantal, moral dan sosial serta
segala aspek kepribadian berjalan dengan baik. Untuk menumbuhkan sikap
moral yang demikian itu, pendidikan agama diabaikan di sekolah, maka
didikan agama yang diterima dirumah tidak akan berkembang, bahkan mungkin
terhalang.
Selanjutnya masyarakat juga harus mengambil peranan dalam pembinaan moral.
Masyarakat yang lebih rusak moralnya perlu segera diperbaiki dan dimulai
dari diri sendiri, keluarga dan orang-orang terdekat dengan kita. Karena
kerusakan masyarakat itu sangat besar pengaruhnya dalam pembinaan moral
anak-anak. Terjadinya kerusakan moral dikalangan pelajar dan generasi muda
sebagaimana disebutakan diatas, karena tidak efektifnnya keluarga, sekolah
dan masyarakat dalam pembinaan moral. Bahkan ketiga lembaga tersebut satu
dan lainnya saling bertolak belakang, tidak seirama, dan tidak kondusif
bagi pembinaan moral.
Dasarnya harus budaya materialistis, hedonistis dan
sekularistis.
Sekarang ini sering kita dengar dari radio atau bacaan dari surat kabar
tentang anak-anak sekolah menengah yang ditemukan oleh gurunya atau polisi
mengantongi obat-obat, gambar-gambar cabul, alat-alat kotrasepsi seperti
kondom dan benda-banda tajam. Semua
alat-alat tersebut biasanya digunakan untuk hal-hal yang dapat merusak
moral. Namun gajala penyimpangan tersebut terjadi karena pola hidup yang
semata-mata mengejar kepuasan materi, kesenangan hawa nafsu dan tidak
mengindahkan nilai-nilai agama. Timbulnya sikap tersebut tidak bisa
dilepaskan dari derasnya arus budaya matrealistis, hedonistis dan
sekularistis yang disalurkan melalui tulisan-tulisan,bacaan-bacaan,
lukisan-lukisan, siaran-siaran, pertunjukan-pertunjukan dan sebagainya.
Penyaluran arus budaya yang demikian itu didukung oleh para penyandang
modal yang semata-mata mengeruk keuntungan material dan memanfaatkan
kecenderungan para remaja, tanpa memperhatikan dampaknya bagi kerusakan
moral. Derasnya arus budaya yang demikian diduga termasuk faktor yang paling
besar andilnya dalam menghancurkan moral para remaja dan generasi muda
umumnya.
Belum adanya kemauan yang sungguh-sungguh dari
pemerintah.
Pemerintah yang diketahui memiliki kekuasaan (power), uang, teknologi,
sumber daya manusia dan sebagainya tampaknya belum menunjukan kemauan yang
sungguh-sunguh untuk melakuka pembinaan moral bangsa. Hal yang demikian
semaikin diperparah lagi oleh adanya ulah sebagian elit penguasa yang
semata-mata mengejar kedudukan, peluang, kekayaan dan sebagainya dengan
cara-cara tidak mendidik, seperti korupsi, kolusi dan nepotisme yang
hingga kini belum adanya tanda-tanda untuk hilang. Mereka asik
memperebutkan kekuasaan, mareri dan sebagainya dengan cara-cara tidak
terpuji itu, dengan tidak memperhitungkan dampaknya bagi kerusakan moral
bangsa. Bangsa jadi ikut-ikutan, tidak mau mendengarkan lagi apa yang
disarankan dan dianjurkan pemerintah, karena secara moral mereka sudah
kehiangan daya efektifitasnya.
Sikap sebagian elit penguasa yang demikian itu semakin memperparah moral
bangsa, dan sudah waktunya dihentikan. Kekuasaan, uang, teknologi dan
sumber daya yang dimiliki pemerintah seharusnya digunakan untuk merumuskan
konsep pembinaan moral bangsa dan aplikasinya secara bersungguh-sungguh
dan berkesinambungan.
.
- Rendahnya
tingkat pendidikan
Crow dan crow
menegaskan; learning is a modification of accompanying growth processes that
are brougt about trought adjusment to sensions initieted though sensory
stimulation artinya:“belajar adalah perubah tingkah laku
yang menyertai proses pertumbuhan yang semua itu di sebabkan melalui
penyesuaian terhadap keadaan yang diawali lewat rangsangan panca
indra”.Kurangnya pendidikan dalam pergaulan dapat membuat seseorang keliru mengambil jalan hidupnya,sehingga mereka mudah
terpengaruh dengan hal-hal
baru seiring proses sosialisasi yang mereka alami.Pendidikan merupakan faktor utama dalam proses
sosialisasi,karena pendidikan menjadi landasan perilaku seseorang.
Kurangnya
keefisienan dan keefektifan lembaga sosial masyarakat
Ada berbagai masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat,tingginya
tingkat kemiskinan mengakibatkan berbagai masalah sosial,seperti
meningkatnya jumlah kriminalitas,kurangnya pendidikan,dan banyaknya jumlah
penduduk yang kelaparan serta kurang gizi.Hal tersebut menarik sebagian
besar perhatian pemerintah sehingga masalah mengenai degradasi moral
remaja di kesampingkan.Kurangnya perhatian lembaga sosial terhadap moral
remaja mengakibatkan tingkat degradasi moral yang tinggi.Penerapan
–penerapan norma dan sanksi yang kurang mengikat dari lembaga sosial
mengakibatkan para pemuda mengabaikan aturan-aturan tersebut.
Faktor diatas hanyalah sebagian dari faktor-faktor yang menjadi
penyebab, tetapi
Faktor utama yang mengakibatkan degradasi
moral remaja ialah perkembangan globalisasi yang tidak seimbang Kita terus
menuntut kemajuan di era global ini tanpa memandang (lagi) aspek kesantunan
budaya negeri ini. Ketidak seimbangan itulah yang pada akhirnya membuat moral
semakin jatuh dan rusak.
Berikut
ini merupakan aspek yang dapat menanggulangi degradasi moral remaja.
1.
Aspek
pendidikan formal/lingkungan sekolah. Pendidikan yang lebih menekankan kepada
bimbingan dan pembinaan perilaku konstruktif, mandiri dan kreatif menjadi
faktor penting, karena melatih mental
dan moral remaja menuju terbentuknya pribadi yang memiliki daya ketahanan
pribadi dan sosial dalam yang berlaku dalam lingkungan remaja itu sendiri
berikut lingkungan sosialnya.
2.
Aspek lingkungan keluarga, jelas memberi andil yang
signifikan terhadap berkembangnya pola perilaku menyimpang para remaja, karena
proses penanaman nilai-nilai bermula dari dinamika kehidupan dalam keluarga itu
sendiri dan akan terus berlangsung sampai remaja dapat menemukan identitas diri
dan aktualisasi pribadinya secara utuh. Remaja akan menentukan perilaku
sosialnya seiring dengan maraknya perilaku remaja seusianya yang notabene
mendapat penerimaan secara utuh oleh kalangannya. Oleh karenanya, peranan orang
tua termasuk sanak keluarga lebih dominan di dalam mendidik, membimbing, dan
mengawasi serta memberikan perhatian lebih sedini mungkin terhadap perkembangan
perilaku remajanya.
3.
Aspek lingkungan pergaulan seringkali menuntut dan
memaksa remaja harus dapat menerima pola perilaku yang dikembangkan remaja. Hal
ini sebagai kompensasi pengakuan keberadaan remaja dalam kelompok. Maka, perlu
diciptakan lingkungan pergaulan yang kondusif, agar situasi dan kondisi
pergaulan dan hubungan sosial yang saling memberi pengaruh dan nilai-nilai
positif bagi aktifitas remaja dapat terwujud.
4. Aspek penegakan hukum/sanksi. Ketegasan
penerapan sanksi mungkin dapat menjadi shock teraphy (terapi kejut) bagi remaja
yang melakukan tindakan-tindakan yang menyimpang. Dan ini dimulai dari
lingkungan keluarga, sekolah, kepolisian dan lembaga lainnya.
5. Terakhir, aspek sosial kemasyarakat.
Terciptanya relasi-relasi sosial yang baik dan serasi di antara warga
masyarakat sekitar, akan memberi implikasi terhadap tumbuh dan berkembangnya
kontak-kontak sosial yang dinamis, sehingga muncul sikap saling memahami,
memperhatikan sekaligus mengawasi tindak perilaku warga terutama remaja di
lingkungannya. Hal ini tentu sangat mendukung terjalinnya hubungan dan
aktifitas remaja yang terkontrol.
Degradasi
moral memang seharusnya mendapat perhatian lebih. Luangkan waktu sejenak wahai
para orang tua serta petinggi Negara,
Lihat anak bangsa ini!! Moral
mereka ter-degradasi. Marilah kita perbaiki
bersama.